Senin, 24 Agustus 2009

Atas Nama Cinta

Cinta adalah rasa suka yang tidak sekadar suka. Yaitu suatu rasa yang mengharapakan apa yang di sukainya selalu dekat dengannya, selalu di ingatnya, dan sejalan dengannya. Efek dari adanya rasa cinta adalah kerelaan pengorbanan terhadap apa yang dicintainya. Maka berhati-hatilah dengan cinta!

Tidak salah memiliki rasa cinta karena rasa cinta adalah fitrah bagi manusia yang telah di kabarkan dalam Al-Qur'an.

Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.(QS.Ali Imran[3] : 14 )

Sejak didalam syurga Nabi Adam a.s telah di karuniakan rasa cinta terhadap wanita yaitu Ibu Hawa. Setelah diturunkan di bumi Nabi Adam a.s berpisah selama bertahun-tahun dan akhirnya dipertemukan lagi di bukit Jabal Rahmah dan rasa cinta diantara keduanya tidak pudar.

Begitu kuatnya rasa cinta, waktu dan ruang tidak dapat menyirnakannya. Tak sedikit orang yang nekat berbuat konyol hanya karena cinta. Bunuh diri karena cinta ditolak, bunuh diri karena cinta ditentang orang tua, berani kepada orang tua karena lebih membela orang yang dicintainya, dan masih banyak lagi. Jika cinta telah menguasai dirinya, apapun yang dilakukan karena atas nama cinta.

Dengan cinta manusia bisa mencapai derajat tinggi, dengan cinta manusia bisa menjadi manusia yang hina. Sungguh salah jika manusia tunduk dan ditundukkan oleh cinta. Manusia seharusnya dapat menguasai cinta. Artinya manusia akan dikuasai cinta jika dia berbuat segala sesuatu hanya karena atas nama cinta, tapi dia akan menguasai cinta jika dapat menempatkan cinta pada proporsi yang semestinya. Yaitu mampu menimbang dan menentukan prioritas kepada siapa rasa cintanya akan diberikan. Dan cinta yang tertinggi seharusnya hanyalah kepada Allah Swt. Dia-lah prioritas cinta manusia-manusia utama. Manusia-manusia yang bisa menguasai rasa cintanya.

Apa yang dilakukannya bukan karena atas nama cinta, tapi atas kesadaran tinggi bagaimana dia dapat memanfaatkan karunia Allah Swt yang berupa rasa cinta. Dia cinta kepada Allah bukan karena rasa cinta tanpa dasar, tapi karena dia sadar kemana dia harus menujukan rasa cintanya.
 Copyright @ 2009. Dunia Islam Indonesia