Naluri manusia untuk mencari tempat yang aman yang menyelamatkan itu sudah ada sejak lahir, dalam arti selamat dari hal-hal yang sifatnya material. Anehnya tidak demikian terhadap hal-hal yang sifatnya spiritual.
Sedikit sekali ada manusia yang menjaga agar rohaninya agar selamat. Betapa banyak manusia yang tak dapat memilah mana yang benar dan mana yang salah untuk konsumsi jiwanya, kemampuan memfilternya sangat lemah. Padahal beredarnya informasi sangat cepat, karena banyak media masa dan elektronik yang mendukungnya.
Akal, pengetahuan dan lingkungan sangat mempengaruhi bagaimana ia mengkonsumsi dan mengolah informasi. Demikian juga keimanan seseorang , sangat berpengaruh. Oleh karena itu, keempat faktor ini tidak boleh tidak harus dijaga agar bisa selalu dekat dengan kebenaran. Bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Untuk menjaga keempat faktor itu, diperlukan syarat-syarat : cinta belajar, cinta beramal dan cinta mendekati orang sholih. Cinta disini tak sekadar dalam hati tapi dalam segala hal: pikiran, hati dan perbuatan.
Dan cara yang ampuh adalah dekati orang-orang sholih, belajarlah kepada mereka. Jadikan mereka cermin bagi kalian, jadikan anda elok sebagaimana mereka. Dimanapun berada berusahalah mendekati mereka, disekolah, di masyarakat, di tempat kerja. Carilah tempat komunitas orang-orang yang diridhloi Allah Swt. Bukankah anda ingin dekat dengan mereka saat disyurga nanti ?
Tidak lupa, Jadilah anda adalah orang yang akan didekati oleh orang-orang yang ingin selamat dunia akherat. Berusahalah anda menjadi orang sholih. Seorang muslim yang baik adalah seorang muslim yang orang-orang disekitarnya aman dari tangan dan mulutnya, yang aman dari kejahatannya.
Dekati orang-orang yang sholih, maka engkau akan didekati oleh orang-orang yang ingin dekat kepada Pencipta-Nya.
LANJUT!
Kamis, 27 Agustus 2009
Rabu, 26 Agustus 2009
Do'a : Jangan Terburu-buru
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Ghaafir[40]:60)
Berdo'a adalah wajib. Dengan berdo'a, manusia bisa terlepas dari gelar kesombongan yang disandangnya. Dan Allah Swt pun akan mengabulkannya. Itu jaminan dari Pemilik alam semesta ini.
Tapi mengapa sudah banyak dan sering manusia berdo'a tapi tidak/belum dikabulakan jua ? Hingga manusiapun tak sedikit yang berputus asa. Akhirnya ibadahpun ditinggalkan karena keadaan ekonomi ataupun cita-cita keduniannya tidak/belum dikabulkan.
Ketahuilah, inilah kesalahan manusia. Mudah berputus asa, padahal orang yang berputus asa adalah teman syaiton. Anggapan yang salah juga, jika beribadah itu tujuannya agar kehidupan ekonomi dan cita-cita keduniannya terpenuhi dengan mudah. Sekali-kali tidak. Ibadah adalah kewajiban manusia, sunatullah atas diciptakan-Nya manusia dimuka bumi. Kehidupan ekonomi dan cita-cita keduniaan bahkan akherat hanya bisa diraih dengan usaha.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka" (QS. Ar Ra'd[13]:11).
Berdo'a itu dibutuhkan kesabaran. Do'a menjadi tidak terkabul tatkala kita telah mengeluh “Saya sudah berdo'a tetapi belum juga dikabulkan”, walau dalam hati. Butuh waktu untuk dikabulkannya. Tergantung seberapa dekat kita dengan Allah Swt. Buktinya para Nabi, Rasulullah, wali dan orang-orang yang dekat dengan Allah Swt begitu mudah do'anya dikabulkan. Tapi kalau kita, masih butuh waktu yang entah kitapun tidak mengetahuinya.
Apakah kita tidak bisa seperti mereka (Nabi, Rasulullah, wali ) ? Jawabnya, bisa. Karena kita juga sama-sama sebagai makhluk ciptaan-Nya. Syaratnya kita harus semakin mendekatkan kepada Allah Swt dengan melakukan amal-amal wajib disertai amal-amal sunnah. Dan juga tidak melewatkan waktu-waktu musatajab: setelah selesai sholat, diantara khutbah jum'at, saat teraniaya (dalam keadaan ini, yang teraniaya sangat dekat dengan Allah Swt), saat hujan lebat, dll.
Dan lagi, kita harus pandai memanajemen waktu. Kita harus pandai memperkirakan apa yang akan kita butuhkan dimasa datang. Untuk apa ? Untuk kita mintakan kepada Allah Swt, saat ini. Ingat kita ini banyak dosa, sering menjauh dari Allah, maka kita harus menabung do'a kita untuk masa depan kita termasuk untuk akherat kelak, mulai saat ini .
Kita harusnya tidak boleh jemu dalam berdo'a, karena memang salah kita sendiri tidak berusaha mendekat kepada Allah Swt. Kita tidak boleh terburu-buru dengan do'a kita.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : “Do'a seseorang akan dikabulkan oleh Allah selama dia tidak terburu-buru, sehingga ia mengatakan “Saya sudah berdo'a tetapi belum juga dikabulkan”” (HR.Bukhari).
Kita harus tulus ikhlas meminta/berdo'a kepada-Nya, memposisikan diri sebagai seorang peminta bukan memaksa-Nya. Dan sekali lagi, kita harus rajin menabung do'a, mulai saat ini !
LANJUT!
Berdo'a adalah wajib. Dengan berdo'a, manusia bisa terlepas dari gelar kesombongan yang disandangnya. Dan Allah Swt pun akan mengabulkannya. Itu jaminan dari Pemilik alam semesta ini.
Tapi mengapa sudah banyak dan sering manusia berdo'a tapi tidak/belum dikabulakan jua ? Hingga manusiapun tak sedikit yang berputus asa. Akhirnya ibadahpun ditinggalkan karena keadaan ekonomi ataupun cita-cita keduniannya tidak/belum dikabulkan.
Ketahuilah, inilah kesalahan manusia. Mudah berputus asa, padahal orang yang berputus asa adalah teman syaiton. Anggapan yang salah juga, jika beribadah itu tujuannya agar kehidupan ekonomi dan cita-cita keduniannya terpenuhi dengan mudah. Sekali-kali tidak. Ibadah adalah kewajiban manusia, sunatullah atas diciptakan-Nya manusia dimuka bumi. Kehidupan ekonomi dan cita-cita keduniaan bahkan akherat hanya bisa diraih dengan usaha.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka" (QS. Ar Ra'd[13]:11).
Berdo'a itu dibutuhkan kesabaran. Do'a menjadi tidak terkabul tatkala kita telah mengeluh “Saya sudah berdo'a tetapi belum juga dikabulkan”, walau dalam hati. Butuh waktu untuk dikabulkannya. Tergantung seberapa dekat kita dengan Allah Swt. Buktinya para Nabi, Rasulullah, wali dan orang-orang yang dekat dengan Allah Swt begitu mudah do'anya dikabulkan. Tapi kalau kita, masih butuh waktu yang entah kitapun tidak mengetahuinya.
Apakah kita tidak bisa seperti mereka (Nabi, Rasulullah, wali ) ? Jawabnya, bisa. Karena kita juga sama-sama sebagai makhluk ciptaan-Nya. Syaratnya kita harus semakin mendekatkan kepada Allah Swt dengan melakukan amal-amal wajib disertai amal-amal sunnah. Dan juga tidak melewatkan waktu-waktu musatajab: setelah selesai sholat, diantara khutbah jum'at, saat teraniaya (dalam keadaan ini, yang teraniaya sangat dekat dengan Allah Swt), saat hujan lebat, dll.
Dan lagi, kita harus pandai memanajemen waktu. Kita harus pandai memperkirakan apa yang akan kita butuhkan dimasa datang. Untuk apa ? Untuk kita mintakan kepada Allah Swt, saat ini. Ingat kita ini banyak dosa, sering menjauh dari Allah, maka kita harus menabung do'a kita untuk masa depan kita termasuk untuk akherat kelak, mulai saat ini .
Kita harusnya tidak boleh jemu dalam berdo'a, karena memang salah kita sendiri tidak berusaha mendekat kepada Allah Swt. Kita tidak boleh terburu-buru dengan do'a kita.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : “Do'a seseorang akan dikabulkan oleh Allah selama dia tidak terburu-buru, sehingga ia mengatakan “Saya sudah berdo'a tetapi belum juga dikabulkan”” (HR.Bukhari).
Kita harus tulus ikhlas meminta/berdo'a kepada-Nya, memposisikan diri sebagai seorang peminta bukan memaksa-Nya. Dan sekali lagi, kita harus rajin menabung do'a, mulai saat ini !
LANJUT!
Dakwah ala Rasulullah Saw
Orang yang paling berpengaruh didunia ini adalah Nabi Muhammad Saw. Benar bahwa dakwah yang dilakukan Rasulullah Saw adalah dakwah yang paling berhasil, bahkan hingga saat ini.
Sebagai seorang muslim tak akan merasakan nikmatnya addin ini secara sempurna tanpa disertai niat dan usaha untuk berdakwah. Rasulullah Saw telah berpesan “Sampaikan dariku walaupun satu ayat”.
"Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran[3]: 104)
Masalahnya tidak mudah untuk mendakwahi seseorang, dibutuhkan strategi dan metode yang tepat. Harus dimulai dari tahap-demi tahap. Rasulullah telah memberikan uswatun hasanah dalam berbagai hal, termasuk dakwah kepada seluruh umatnya.
Dakwahnya dimulai dari sendiri, keluarga, baru kepada khalayak ramai (masyarakat).
Berapa banyak orang menyeru orang lain tapi dia lupa menyeru dirinya sendiri dan lupa menyeru keluarganya sendiri ? Kalau tujuan dakwah itu adalah agar orang lain menjadi lebih baik, maka dia (juru dakwah) harus baik dulu. Dia harus memodelkan tujuan dakwah pada dirinya. Ini adalah wajib. Jangan memberi apa yang kamu tidak mempunyai. Jangan mengajar apa yang tidak kau ketahui.
Rasulullah menyeru orang untuk berkata jujur, karena beliau telah berbuat demikian bahkan beliau telah bergelar Al-Amin. Beliau menyerukan Al-Qur'an dan beliau telah memiliki akhlak Al-Qur'an sebagaimana yang dikatakan Aisyah r.a. Beliau telah menyeru kepada keluarganya dan juga seluruh umatnya. Bahkan seruannya “Seandainya Fatimah (putri Rasulullah Saw) mencuri, maka Aku (Rasulullah Saw) sendiri yang akan memotong tangannya”.
Kadang penyeru dakwah itu lupa akan tujuan sebenarnya berdakwah. Terlena oleh apa yang dilakukan, disibukan dengan berbagai kegiatan dakwah, sibuk memperbagus gaya berdakwah, sibuk menyusun kata-kata agar berkesan bagi objek dakwah tapi miskin amal, rohaninya sendiri tidak disirami dengan amal. Sibuk memikirkan orang lain lupa memikirikan diri sendiri. Na'udzubillahi mindzalik.
"Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka?." (QS. At-Tahrim[66]: 6)
Berdakwalah, tapi jangan lupa dakwahi dulu dirimu dan keluargamu !
LANJUT!
Sebagai seorang muslim tak akan merasakan nikmatnya addin ini secara sempurna tanpa disertai niat dan usaha untuk berdakwah. Rasulullah Saw telah berpesan “Sampaikan dariku walaupun satu ayat”.
"Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran[3]: 104)
Masalahnya tidak mudah untuk mendakwahi seseorang, dibutuhkan strategi dan metode yang tepat. Harus dimulai dari tahap-demi tahap. Rasulullah telah memberikan uswatun hasanah dalam berbagai hal, termasuk dakwah kepada seluruh umatnya.
Dakwahnya dimulai dari sendiri, keluarga, baru kepada khalayak ramai (masyarakat).
Berapa banyak orang menyeru orang lain tapi dia lupa menyeru dirinya sendiri dan lupa menyeru keluarganya sendiri ? Kalau tujuan dakwah itu adalah agar orang lain menjadi lebih baik, maka dia (juru dakwah) harus baik dulu. Dia harus memodelkan tujuan dakwah pada dirinya. Ini adalah wajib. Jangan memberi apa yang kamu tidak mempunyai. Jangan mengajar apa yang tidak kau ketahui.
Rasulullah menyeru orang untuk berkata jujur, karena beliau telah berbuat demikian bahkan beliau telah bergelar Al-Amin. Beliau menyerukan Al-Qur'an dan beliau telah memiliki akhlak Al-Qur'an sebagaimana yang dikatakan Aisyah r.a. Beliau telah menyeru kepada keluarganya dan juga seluruh umatnya. Bahkan seruannya “Seandainya Fatimah (putri Rasulullah Saw) mencuri, maka Aku (Rasulullah Saw) sendiri yang akan memotong tangannya”.
Kadang penyeru dakwah itu lupa akan tujuan sebenarnya berdakwah. Terlena oleh apa yang dilakukan, disibukan dengan berbagai kegiatan dakwah, sibuk memperbagus gaya berdakwah, sibuk menyusun kata-kata agar berkesan bagi objek dakwah tapi miskin amal, rohaninya sendiri tidak disirami dengan amal. Sibuk memikirkan orang lain lupa memikirikan diri sendiri. Na'udzubillahi mindzalik.
"Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka?." (QS. At-Tahrim[66]: 6)
Berdakwalah, tapi jangan lupa dakwahi dulu dirimu dan keluargamu !
LANJUT!
Senin, 24 Agustus 2009
Atas Nama Cinta
Cinta adalah rasa suka yang tidak sekadar suka. Yaitu suatu rasa yang mengharapakan apa yang di sukainya selalu dekat dengannya, selalu di ingatnya, dan sejalan dengannya. Efek dari adanya rasa cinta adalah kerelaan pengorbanan terhadap apa yang dicintainya. Maka berhati-hatilah dengan cinta!
Tidak salah memiliki rasa cinta karena rasa cinta adalah fitrah bagi manusia yang telah di kabarkan dalam Al-Qur'an.
Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.(QS.Ali Imran[3] : 14 )
Sejak didalam syurga Nabi Adam a.s telah di karuniakan rasa cinta terhadap wanita yaitu Ibu Hawa. Setelah diturunkan di bumi Nabi Adam a.s berpisah selama bertahun-tahun dan akhirnya dipertemukan lagi di bukit Jabal Rahmah dan rasa cinta diantara keduanya tidak pudar.
Begitu kuatnya rasa cinta, waktu dan ruang tidak dapat menyirnakannya. Tak sedikit orang yang nekat berbuat konyol hanya karena cinta. Bunuh diri karena cinta ditolak, bunuh diri karena cinta ditentang orang tua, berani kepada orang tua karena lebih membela orang yang dicintainya, dan masih banyak lagi. Jika cinta telah menguasai dirinya, apapun yang dilakukan karena atas nama cinta.
Dengan cinta manusia bisa mencapai derajat tinggi, dengan cinta manusia bisa menjadi manusia yang hina. Sungguh salah jika manusia tunduk dan ditundukkan oleh cinta. Manusia seharusnya dapat menguasai cinta. Artinya manusia akan dikuasai cinta jika dia berbuat segala sesuatu hanya karena atas nama cinta, tapi dia akan menguasai cinta jika dapat menempatkan cinta pada proporsi yang semestinya. Yaitu mampu menimbang dan menentukan prioritas kepada siapa rasa cintanya akan diberikan. Dan cinta yang tertinggi seharusnya hanyalah kepada Allah Swt. Dia-lah prioritas cinta manusia-manusia utama. Manusia-manusia yang bisa menguasai rasa cintanya.
Apa yang dilakukannya bukan karena atas nama cinta, tapi atas kesadaran tinggi bagaimana dia dapat memanfaatkan karunia Allah Swt yang berupa rasa cinta. Dia cinta kepada Allah bukan karena rasa cinta tanpa dasar, tapi karena dia sadar kemana dia harus menujukan rasa cintanya.
LANJUT!
Tidak salah memiliki rasa cinta karena rasa cinta adalah fitrah bagi manusia yang telah di kabarkan dalam Al-Qur'an.
Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.(QS.Ali Imran[3] : 14 )
Sejak didalam syurga Nabi Adam a.s telah di karuniakan rasa cinta terhadap wanita yaitu Ibu Hawa. Setelah diturunkan di bumi Nabi Adam a.s berpisah selama bertahun-tahun dan akhirnya dipertemukan lagi di bukit Jabal Rahmah dan rasa cinta diantara keduanya tidak pudar.
Begitu kuatnya rasa cinta, waktu dan ruang tidak dapat menyirnakannya. Tak sedikit orang yang nekat berbuat konyol hanya karena cinta. Bunuh diri karena cinta ditolak, bunuh diri karena cinta ditentang orang tua, berani kepada orang tua karena lebih membela orang yang dicintainya, dan masih banyak lagi. Jika cinta telah menguasai dirinya, apapun yang dilakukan karena atas nama cinta.
Dengan cinta manusia bisa mencapai derajat tinggi, dengan cinta manusia bisa menjadi manusia yang hina. Sungguh salah jika manusia tunduk dan ditundukkan oleh cinta. Manusia seharusnya dapat menguasai cinta. Artinya manusia akan dikuasai cinta jika dia berbuat segala sesuatu hanya karena atas nama cinta, tapi dia akan menguasai cinta jika dapat menempatkan cinta pada proporsi yang semestinya. Yaitu mampu menimbang dan menentukan prioritas kepada siapa rasa cintanya akan diberikan. Dan cinta yang tertinggi seharusnya hanyalah kepada Allah Swt. Dia-lah prioritas cinta manusia-manusia utama. Manusia-manusia yang bisa menguasai rasa cintanya.
Apa yang dilakukannya bukan karena atas nama cinta, tapi atas kesadaran tinggi bagaimana dia dapat memanfaatkan karunia Allah Swt yang berupa rasa cinta. Dia cinta kepada Allah bukan karena rasa cinta tanpa dasar, tapi karena dia sadar kemana dia harus menujukan rasa cintanya.
LANJUT!
Taqwa dan Tawakal
Jika Allah Swt memberikan pertolongan, makhluk mana yang dapat menggagalkannya ? Tidak ada. Allah Swt adalah Maha Kuasa atas segalanya. Dia lah yang seharusnya menjadi tempat bersandar dan meminta pertolongan jika manusia ingin selamat, bahagia dan menang.
Tidak sedikit manusia yang takut kalau tidak akan mendapatkan rejeki, takut miskin hingga waktunya pun dihabiskan untuk bekerja tp meninggalkan kewajibannya sebagai seorang abdillah. Dunia dan akherat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Manusia perlu berihtiar untuk menjalani kehidupannya didunia dan juga harus beribadah untuk kepentingan akheratnya. Jangan sampai mengabaikan akherat dan jangan pula mengabaikan akherat. Rasulullah Saw telah mengajari kita untuk berdo'a untuk kebaikan dunia dan akherat (orang menyebutnya : doa sapu jagad), bukan hanya untuk kebaikan salah satunya saja. Sehingga sudah seharusnya manusia harus mengusahakan keduanya, karena kalau memiliki komitmen do'a tersebut (do'a sapu jagad), maka wajib pula untuk melakukan ihtiar nya. Do'a dan ihtiar tak dapat dipisahkan. Jikalau dunia dicari dan selanjutnya digunakan untuk mencari akherat maka sempurnalah ia.
Ketakutan akan rejeki itu memang dapat menimpa siapa saja, bahkan manusia bisa berubah 180 derajat karena gara-gara rejeki. Apakah semestinya demikian ?
Bagaimana kehidupan keluarga Ali bin Abi Thalib r.a ? Bukan keluarga kaya. Akan tetapi beliau mempunyai jaminan surga. Banyaknya kekayaan bukanlah jaminan surga, akan tetapi rahmat Allah Swt. Dan rahmat-Nya itu akan di Karuniakan kepada hamba-hamba yang di kehendaki-Nya. Maka mendekatlah kepada Nya.
Oleh karena itu tidak semestinya manusia takut akan rejeki, karena Allah Swt lah yang akan memenuhinya. Tidak semestinya manusia merasa tidak cukup akan rejeki yang Allah Swt berikan, padahal disisi Allah Swt sebenarnya rejeki yang demikian itu cukup baginya kalau dia bisa menggunakannya dengan baik. Memang sifat yang selalu merasa tidak cukup akan rejeki dari Allah Swt ini bisa mengurangi rasa syukur kita kepada Allah Swt.
Yang perlu ditakutkan adalah kalau kita tidak bisa bertaqwa dan bertawakal hanya kepada-Nya. Padahal siapa yang memiliki ketaqwaan dan tawakal kepada Allah Swt, Allah Swt akan memberikan jalan keluar dan mencukupkan (keperluan) baginya.
“....Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS At-Thalaaq[65]:2-3).
LANJUT!
Tidak sedikit manusia yang takut kalau tidak akan mendapatkan rejeki, takut miskin hingga waktunya pun dihabiskan untuk bekerja tp meninggalkan kewajibannya sebagai seorang abdillah. Dunia dan akherat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Manusia perlu berihtiar untuk menjalani kehidupannya didunia dan juga harus beribadah untuk kepentingan akheratnya. Jangan sampai mengabaikan akherat dan jangan pula mengabaikan akherat. Rasulullah Saw telah mengajari kita untuk berdo'a untuk kebaikan dunia dan akherat (orang menyebutnya : doa sapu jagad), bukan hanya untuk kebaikan salah satunya saja. Sehingga sudah seharusnya manusia harus mengusahakan keduanya, karena kalau memiliki komitmen do'a tersebut (do'a sapu jagad), maka wajib pula untuk melakukan ihtiar nya. Do'a dan ihtiar tak dapat dipisahkan. Jikalau dunia dicari dan selanjutnya digunakan untuk mencari akherat maka sempurnalah ia.
Ketakutan akan rejeki itu memang dapat menimpa siapa saja, bahkan manusia bisa berubah 180 derajat karena gara-gara rejeki. Apakah semestinya demikian ?
Bagaimana kehidupan keluarga Ali bin Abi Thalib r.a ? Bukan keluarga kaya. Akan tetapi beliau mempunyai jaminan surga. Banyaknya kekayaan bukanlah jaminan surga, akan tetapi rahmat Allah Swt. Dan rahmat-Nya itu akan di Karuniakan kepada hamba-hamba yang di kehendaki-Nya. Maka mendekatlah kepada Nya.
Oleh karena itu tidak semestinya manusia takut akan rejeki, karena Allah Swt lah yang akan memenuhinya. Tidak semestinya manusia merasa tidak cukup akan rejeki yang Allah Swt berikan, padahal disisi Allah Swt sebenarnya rejeki yang demikian itu cukup baginya kalau dia bisa menggunakannya dengan baik. Memang sifat yang selalu merasa tidak cukup akan rejeki dari Allah Swt ini bisa mengurangi rasa syukur kita kepada Allah Swt.
Yang perlu ditakutkan adalah kalau kita tidak bisa bertaqwa dan bertawakal hanya kepada-Nya. Padahal siapa yang memiliki ketaqwaan dan tawakal kepada Allah Swt, Allah Swt akan memberikan jalan keluar dan mencukupkan (keperluan) baginya.
“....Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS At-Thalaaq[65]:2-3).
LANJUT!
Langganan:
Postingan (Atom)