Senin, 17 Agustus 2009

Tafsir Surah Al-Muddatstsir Ayat 2

AYAT 2
“Bangunlah, lalu berilah peringatan !”
Secara lughowi qum adalah fiil amar (kata perintah) yang berasal dari akar kata qawama yang berarti bangun, atau bermakna melaksanakan sesuatu secara sempurna dalam berbagi segi. Kemudian andzara berarti : janji, awal sesuatu, penyampaian yang
mengandung unsur menakut-nakuti. Dalam kitab al-Qur’an dan terjemahnya terbitan Departemen Agama Indonesia ayat tersebut diatas diartikan : bangunlah, lalu beri peringatan !

Tafsir Jalalain menanfsirkannya : Takut-takutilah penduduk Makkah dengan neraka, jika mereka tidak beriman.

Tafsir al-Qurthubi menanfsirkannya sebagai berikut :
a) Takut-takutilah penduduk Makkah dan peringatkanlah mereka dengan azab, jika tidak berislam.
b) Umumkan nubuwah risalah, karena sesungguhnya itu merupakan mukaddimahnya.
c) Serulah mereka untuk bertuhid, karena itulah tujuan dakwah.

Tafsir Ibnu Kastir. “Bangunlah, lalu berilah peringatan.” Yaitu, berikanlah peringatan kepada manusia. Dengat ayat ini

jadilah ia seorang rasul, sebagaimana dengan ayat pertama menjadikannya seorang nabi. Penafsirkannya sebagai berikut :
a) Bersiaplah dan peringatkanlah manusia, dan dengan ini misi kerasulan sampai sejak awal nubuwwah.
b) Takut-takutilah penduduk Makkah dengan neraka, jika mereka tidak beriman.

Menurut Tafsir al-Mishbah. Memerintahkan Nabi Muhammad Saw bangkitlah secara bersungguh-sungguh dan dengan penuh semangat

lalu berilah peringatan. Kata qum terambil dari kata qawama yang mempunyaibanyak bentuk. Secara umum, kata-kata yang dibentuk

dari akar kata tersebut diartikan sebagai “melaksanakan sesuatu secara sempurna dalam berbagai seginya.” Karena itu, perintah tersebut menuntut kebangkitan yang sempurna, penuh semangat dan percaya diri, sehingga yang diseru –dalam hal ini adalah Nabi Muhammad Saw- harus membuka selimut, menyingsingkan lengan baju untuk berjuang menghadapi kaum musyrikin.
Kata andzir berasala dari kata nadzara yang mempunyai banyak arti, antara lain sedikit, awal sesuatu dan janji untuk melaksanakan sesuatu bila terpenuhi syaratnya. Pada ayat ini biasa diterjemahkan dengan peringatkanlah. Peringatan
didefinisikan sebagai penyampaian yang mengandung unsur menakuti-nakuti. Bila diperhatikan arti asal kosa kata tersebut, maka peringatan yang disampaikan itu merupakan sebagaian kecil serta pendahuluan dari suatu hal yang besar dan berkepanjangan, dan apa yang diperingatkan itu pasti akan terjadi selama syaratnya telah terpenuhi. Syarat tersebut adalah pengabaian kandungan peringatan.
Menurut Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Rasulullah Saw diperintahkan untuk memberikan peringatan, karena peringatan adalah aktivitas paling menonjol didalam risalah. Yaitu memperingatkan terhadap bahaya yang dekat yang senantiasa mengintai orang
yang lalai dan kebingungan dalam kesesatan namun mereka tidak menyadari. Hal itu menunjukan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada manusia karena sekalipun manusia dalam kesesatan dan kelalaian semua itu tidak menambah ataupun mengurangi kekuasaan-Nya.
Qum Faandzir dalam Sistematika Wahyu. Wahyu ini merupakan perintah kepada Rasulullah Saw (pembawa misi Qur’ani) untuk tampil ke gelanggang dakwah. Perintah ini merupakan rangkaian tak terpisahkan dengan wahyu-wahyu sebelumnya, al-‘Alaq, al-Qalam,al-Muzzammil dan wahyu sesudahnya al-Fatihah. Bagi yang menapaktilasi dakwah Rasulullah Saw, hal ini merupakan isyarat bahwa perintah wahyu-wahyu sebelumnya merupakan persiapan dan pembekalan yang mutlak harus diamalkan dan dimiliki nilai-nilainya agar diridhloi Allah Swt.
Tahap-tahap peringatan adalah sebagai berikut :
1) Islahu an-nafsi (memperbaiki diri)
2) Islahu al-baiti (memperbaiki rumah tangga)
3) Irsyad al-mujtama’ (membimbing masyarakat)
4) Tahriru al-balad (berjuang melepaskan negeri dari penjajahan asing)
5) Islahu al-hkumah (memperbaiki pemerintahan yang ada)
6) Iqmatu al-khilafah al-Islamiyah al-‘alamiyah (menegakkan kepemimpinan dunia Islam)
7) Ustadziyat al-‘alam (menjadi guru bagi dunia)
 Copyright @ 2009. Dunia Islam Indonesia